Cari

Kamis, 27 Januari 2011

KRISIS EKONOMI GLOBAL AMERIKA

  1. Asal Mula Terjadinya Krisis di Amerika1
Asal mula terjadinya krisis di Amerika. Awalnya adalah ke(tidak)bijakan kredit longgar di US dan juga dibelahan dunia lain. Orang yang tidak layak diberi kredit untuk kepemilikan rumah (dengan jaminan rumah), kredit hipotek. Banyak umpan kemudahan yang diberikan, dari mulai bunga penggoda yang rendah (berlaku 1-2 tahun saja sebelum beralih ke bunga mengambang), bayar hanya bunga saja dan lain-lain. Permintaan atas rumah naik dan memicu kenaikan harga rumah. Kemudian, karena harga rumah naik, maka orang menjadikan rumah sebagai ATM. Kredit dilunasi dengan membuka kredit baru dengan jumlah hutang yang lebih besar dan harga agunan yang baru (lebih tinggi). Ini yang disebut home equity extraction, karena ada uang yang dikantongi dari mekanisme transaksi ini dan kemudian dibelanjakan. Harga rumah menjadi bubble.
Akibat adanya home equity extraction, rakyat US (merasa) punya uang lebih dan punya peluang untuk belanja. Maka mereka belanja macam-macam, dari mulai SUV, tv plasma, sampai mainan anak-anak. Barang yang dibeli banyak dari Cina. Sebut saja Cina untuk mewakili negara yang mempunyai surplus perdagangan dengan US. Akibat meningkatnya konsumsi di US ini, ekonomi di negara pemasok barang ke US juga ikut booming. Pabrik-pabrik di Cina jadi hidup, bahkan bermunculan yang baru. Bahan baku didatangkan dari Australia, Indonesia, Canada dan lain-lainnya. Negara yang berbasis bahan mentahpun ikut booming. Di negara-negara ini konsumsi juga meningkat. Tetapi sayangnya budaya konsumsi mereka ini tidak sehebat US. Asia, terutama, masih cenderung menabung atau berinvestasi dari pada melakukan konsumsi, karena latar belakang kehidupan mereka yang belum aman (secure).
Di tanah Amerika, hipotek (hutang-hutang perumahan) ini dikemas dengan hutang-hutang lain dan dijadikan paket-paket CDO (Collateralized Debt Obligation), SIV dan banyak akronim akronim lain yang intinya sama. Dan paket-paket ini dijual ke investor. Kemasan surat hutang ini juga diasuransikan supaya kalau terjadi gagal bayar ada asuransi yang menjamin. Nampaknya bagus, tetapi dalam prakteknya sontoloyo. Rating AAA diberikan pada paket yang mengandung hutang kelas B bahkan non-investment grade. Kadang surat hutang AAA hanya diasuransikan di asuransi type A. Jadi kalau ada gagal bayar, tidak bisa ditanggung oleh asuransinya.
Selama harga rumah naik, keadaan di atas masih bisa berlangsung terus. Tetapi untuk itu perlu injeksi liquiditas yang semakin lama semakin besar. Dengan kata lain, hal yang demikian tidak bisa berlangsung terus. Ketika debitur subprime habis bulan madunya dengan bunga penggoda dan harus membayar bunga mengambang, mereka tidak mampu dan terpaksa gagal bayar. Kasus hutang subprime merebak. Debitur terpaksa menyerahkan agunannya. Bank harus melelang agunan subprime. Disamping itu, rumah baru masih bermunculan karena banyak yang belum selesai. Ada jeda antara terjadinya kasus subprime dengan berhentinya pembangunan rumah baru. Stok rumah menumpuk. Maka hukum permintaan-penawaran berlaku, harga rumah turun.
Kalau harga rumah turun, para debitur kredit perumahan mulai berhitung, andaikata harga rumahnya lebih rendah atau diperkirakan lebih rendah, maka mereka akan berusaha melepas rumahnya. Seandainya tidak bisa dijual, lebih baik diserahkan kepada bank. Bank kena batunya.
Surat hutang banyak yang tidak laku karena investor takut kepada paket-paket yang mengandung suprime loan. Pinjam-meminjam uang antar institusi finansial menjadi sulit karena adanya ketidak percayaan, mau diapakan dana itu? Mau dilibatkan ke sektor yang sudah terkontaminasi oleh subprime? Begitulah terjadinya kebekuan kredit.
  1. Pemicu Krisis Amerika
Awal krisis, akibat kebijakan ekonomi Presiden George W. Bush, yang bertahun-tahun membiayai perang Iraq, membiayai perang melawan terorisme, membiarkan defisit anggaran (APBN) terus menggelembung, dan dalam waktu yang sama mengalami defisit perdagangan luar negeri. Di sisi lainnya, tabungan rakyat Amerika sudah minus, melampui dengan yang dibelanjakan (disposable income). Guna membiayai ekonomi yang sangat boros, Presiden Bush, terus meningkatkan utangnya, yang semakin menggelembung, yang mencapai jumlah trilyunan dolar. Kondisi inilah yang mendorong kehancuran ekonomi Amerika
Kondisi ini ditambah sikap rakus para ekskutif korporasi di Amerika, yang mereka mengejar bonus, besar-besaran. Tanpa menyadari dampaknya. Korporasi di Amerika yang menerima pinjaman global telah menanamkan modalnya di sektor perumahan, yang kini tak laku, dan nilai harganya turun drastis. Keadaan ini seperti yang terjadi di kawasan Asia di tahun l990an, yang meminjamkan dana ke sektor perumahan (properti), yang jumlahnya sangat fantastis. Di sisi lain, terjadi praktik penipuan yang dilakukan para ekskutif di Amerika, yang tergiur iming-iming bonus besar, yang mereka menyalurkan pinjaman besar-besaran ke sektor properti. Praktek ini menurut Avery Goodman, ahli pasar uang Amerika, sudah terjadi sejak periode 200l-2007. Lehman Brothers hanyalah salah satu kasus, korban dari kerakusan para ekskutif. Para ekskutif korporasi Amerika tidak menaruh perhatian posisi keuangan korporasi, tapi membiarkan perusahaan terjerat utang. Maka, kehancuran sudah di depan mata.
Sebuah Koran The Pheladelphia Inquirer, yang terbit 30/9/2008, dalam sebuah artikelnya berjudul: “US Crisis Puts Global Standing in Peril”, menyebutkan krisis keuangan tidak saja menguras keuangan, dan dana pensiunan yang lenyap, tapi krisis keuangan ini akan berdampak bagi kepemimpinan Amerika. The Pheladelphia juga menyatakan, sejak Perang Dingin, Amerika menjdi kekuatan militer terbesar di dunia, menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dan New York adalah pusat keuangan yang paling berpengaruh di dunia, serta dolar memiliki status sebagai nilai tukar internasioal, tapi dengan krisis yang terjadi sekarang, posisi Amerika sebagai adidaya akan terancam punah.
  1. Dampak Krisis Keuangan 2008 Bagi Indonesia
Pengamat ekonomi Eric Sugandi mengatakan, krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang berdampak negatif terhadap negara-negara lainnya, tidak berimbas terlalu besar bagi Indonesia. Hal ini disebabkan net ekspor Indonesia ke luar negeri hanya 10 persen dari total produk domestik bruto (PDB), kata ekonom dari Standard Chartered Bank ini, di Jakarta, Selasa [07/10].2
Ia mengatakan, ekspor Indonesia ke luar negeri terdiri dari migas dan non migas. Dari 80 persen hasil non migas Indonesia hanya 12 persen di ekspor ke Amerika Serikat, jadi pengaruhnya tidak besar. Pasar ekspor utama Indonesia adalah Jepang dan Singapura, kedua negara tersebut sangat merasakan dampaknya dari krisis keuangan global itu.   “Dampak ikutan itu yang dikhawatirkan akan memberikan pengaruh yang sangat tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya.
  1. Langkah-Langkah yang Perlu Diambil
Bagi para pemerintah Indonesia langkah yang perlu diambil untuk menstabilkan perekonomian diantaranya adalah:
    1. Pemerintah harus dapat menjaga konsumsi rumah tangga yang nilainya cukup besar sekitar 60 persen dari total PDB.
    2. Pemerintah juga harus cepat melakukan kebijakan lain seperti mendorong pertumbuhan sektor riil yang selama ini dinilai masih berjalan di tempat dan memberikan kemudahan investasi yang lebih baik agar investor asing merasa senang, nyaman dan mudah menanamkan dananya. Apabila ini bisa terjadi maka pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap tumbuh di atas 6 persen, meski gejolak krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa masih belum reda.
    3. Yang penting dari semua itu adalah perlunya optimalisasi dan percepatan pencapaian target dari berbagai program yang telah dijalankan, termasuk mempercepat reformasi birokrasi.

Adapun langkah yang diambil untuk menganalisis pasar modal maupun pasar uang dapat dilakukan dengan cara fundamental.
Analisis fundamental untuk pasar modal adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah di apresiasi secara akurat. Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental pasar modal terdiri dari 4 langkah yaitu:
  • Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan.
  • Menghitung kondisi industri secara keseluruhan.
  • Menghitung kondisi perusahaan.
  • Menghitung nilai saham perusahaan.
Analisis fundamental untuk pasar uang adalah studi tentang ekonomi, politik, keuangan, untuk memperhitungkan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap nilai tukar mata uang negara lain. Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental pasar uang yaitu:
    1. Faktor ekonomi
Dalam menganaisa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian suatu negara, indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisa fundamental, yaitu : Gross National Product, Gross Domestic Product, Inflasi, Balance of Payment, Employment.
    1. Faktor politik 
Faktor politik, sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nilai tukar
    1. Faktor keuangan
Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisa Fundamental. Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga mempengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu untama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.
    1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai tukar suatu negara. Perubaha ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global asset allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. para fund manager, investor, dan hedge funds yang melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.

1 http://www.klubsaham.com/index.php?name=News&file=article&sid=83. diakses tanggal 9 Okt 2008, pukul 13.00. WIB.
2 http://www.beritasore.com. Diakses tanggal 9 Okt 2008, pukul 13.15 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar